Dikabarkan baru saja, dimulai baru saja, dari keluhan teman saya yang bilang kalau hanya waktu seminggu yang bisa dimanfaatkan untuk belajar sekaligus beristirahat ini tidak efisien dan hanya menambah lelah.
Yang lain tentu menyetujui, sorak sorak berebut gelar “Si Paling Kencang Suaranya dan yang Paling Setuju Keluhan Temannya" Sangat banyak dan beberapa unggul dengan menambahkan keluhan keluhan lain yang begitu mengganggu.
Lagi dan lagi, baru saja, pada waktu apel sekolah pada jam tujuh lebih dua puluh pagi, Ibu kesiswaan menyampaikan perihal Uji Coba Ujian Sekolah yang akan dilaksanakan minggu depan. Oh bukan itu saja, ruang nya bukan dimana kita melakukan pembelajaran secara PTM.
Saya sih tidak mendengar dimana persisnya ruang saya sendiri berada, ribut, ribut, ribut, sangat. Saya berharap akan ada pengumuman lebih lanjut melalui grup kelas, agar saya saat ujian nanti tidak ngang, ngong, ngang, ngong harus berpindah dari satu ruang ke ruang yang lain untuk mencari dimana nama saya berada.
Selain malu, saya hanya akan menjadi bulan bulanan wali kelas saya(yang saya jadikan bantuan karena tidak kunjung menemukan ujung). Pasti akan menjadi bahan mewanti-wanti saat ada pemindahan ruang UCOUS, seperti ini “Ruang kalian berada di kelas blablabla, tolong diingat agar tidak bingung ketika telah sampai disekolah n) untuk mbak Mon jangan lupa ruangan nya ya".
Hhh saya bergidik tidak mau, ruang ini harus benar benar saya hapalkan di luar kepala pada senin esok hari. Beruntung memang benar benar ada pengumuman lanjutan dari wali kelas masing masing.
Disini tertulis bahwa “Satu ruang memiliki jumlah 16 anak, beberapa anak akan tergabung dalam sesi lain atau bahkan kelas lain" Oke?.. sebenernya saya sedikit was was, saya bisa bersosialisasi dengan baik lagi atau tidak? satu kelas bila terbagi dalam dua sesi saja sekarang seperti dua kelas yang berbeda, bagaimana dengan seminggu bersama kelas lain?
Ah, pintu dua duanya sudah terbuka lebar, Refalina pasti sudah datang. Masuk ke kelas, salam, meletakkan tas, dan bertanya soal kisi-kisi, pagi saya dalam seminggu ini hanya seputar itu saja. Tidak juga sih, mungkin dibeberapa pagi saya disibukkan dengan menulis kunci jawaban essay, yang saya sangat penting kan itu. Serius setakut itu saya sama essay.
Hari terakhir ini, salah satu pengawas dan salah satu teman saya dengan nomor ujian 098 membuat suatu percakapan singkat dengan topik yang sedang panas panas nya dari kemarin sore. Teman saya ini mengaku kalau dia adalah saksi mata, awal mula dimulai percakapan dengan pengawas yang pada saat itu berinisiatif menasehati agar tidak terlalu memikirkan kejadian yang lalu.
Berlanjut lah ketahap yang membuat saya sedikit terkejut “Temen saya, saksinya?” Teman saya bilang pada kejadian tersebut, dia dan yang lain (disebut pada kejadian tersebut terdapat 5 orang) telah berusaha untuk mencari bambu atau tali disekitar. Tapi pada akhirnya, sudah tidak terlihat lagi tangan yang meminta bantuan.
Mabuk, teman saya juga bilang bahwa almarhum dalam keadaan mabuk. Saya tidak bisa lagi bertanya tanya soal “Mengapa secepat itu tenggelam? Atau hanya mereka yang terlalu lama shock?” Tidak lagi.
Dan pada intinya, Innalilahi wa innailaihi raji’un, semoga almarhum diterima disisinya. Aamiin.
Detik dari jam pertama ke jam ketiga biasanya begitu lama, jika dalam keadaan ujian seperti ini, tiba tiba speaker bilang bahwa waktunya tersisa lima menit saja. Tidak tau ya, untung saya sudah. Saya hadap depan, mengecek si ranking satu. Sudah belum ya?
Belum, kenapa belum? Saya saat itu kembali mengecek ulang, saya tilik lamat lamat, bila ada soal yang saya kurang cermati. Saya hanya kurang yakin “Bila si ranking satu saja belum, masa saya sudah? Ketaun banget yang ngga bisa cuma di block" Meringis kecil, saya jadi tidak terlalu percaya lagi dengan feeling, terlalu menakutkan untuk selalu diandalkan dalam setiap mapel.
“Saya kayanya ngga se lucky itu deh" Saya cek berkali kali soal-jawaban (pada lembar jawab yang telah saya salin di lembar soal) sesekali menggigit kuku saat saya yakin itu adalah jawaban yang salah. Ah tidak tau, saya harap pilihan ganda saya tetap aman.
Playlist saya saat ini sedang memutar lagu Mr. Perfectly Fine dari Taylor Swift.
Oh! benar juga. Beberapa waktu lalu si ranking satu bilang pada saya bahwa dia dalam Ujian Tengah Semester sebelumnya sedang tidak niat mengerjakan, dia bilang kemungkinan bahwa ranking nya akan turun menjadi 5/6 kebawah. Jangan percaya, nyatanya saya sampai saat ini masih memanggil nya “Si rangking satu"
“Wan, batas ngga niat mu itu seberapa toh aslinya?” Saya spontan bertanya, dengan sedikit kesal.
“EH, serius aku juga ngga expect tetep di ranking satu. Ini! pokoknya pas uji coba ini aku ngga niat!” Cengengesan dasar. Saya tidak mempersalahkan persoalan Awan yang kembali menjadi ranking satu ini. Cuma, tetep saja saya kesal karena sikap suka ngaku ngaku nya kalau “Sedang tidak niat".
“Kaya lucky mu 5 tahun dipake waktu PTS itu juga" rolling eyes, lebih baik berfokus pada kisi kisi yang saya kerjakan dengan sepenuh hati, semoga materinya keluar semua dengan sepenuh hati pula.
“Aku emang tiap hari lucky loh" tersenyum, dan lagi lagi betah menghadap ke sisi belakang sini, tempat saya duduk.
Hello, Mr. Perfectly Fine
How’s your heart after breaking mine?
Saya ikut tersenyum, bermaksud sarkas.
“Mr. Perfectly Luck?”
“Sungkem dulu deh biar nular" baru juga kaki kiri saya geser.
“Luck pas main game, emang kamu main?” Sialan, dipikir lagi saya tidak bermain game karena memori saya yang tidak cukup menampung data satu game saja. Saya lebih berat untuk melepaskan Twitter.
“Main, tapi bukan semacam game, bisa dibilang trik ujian?” Oh wow, saya baru tau Awan sepolos ini? Saya merasa membawa pengaruh buruk saat saya menjelas apa itu sistem Nembak Jawaban dengan Nge-block serta sistem Eliminasi. Awan ini tidak pernah merasa putus asa saat hanya ada satu nomor yang tidak dijawab nya ya? Kalau sama saya sudah pasti saya block C.
“Karena C stan for Cinta" Bukan saya yang kepikiran soal ini, disponsori oleh les private seseorang, tapi saya lupa namanya.
“Bisa bisanya, terus B nya?” Tadi saya bilang kalau saya banyak nge-block antara B atau C. Alasannya? Tidak tau juga selain kepanjangan yang menurut saya bermakna itu.
“B adalah Bismillah bener” Awan mungkin mulai heran dapat darimana saya hal hal random tidak trusted seperti itu, mana saya terapkan pula.
Hujan hari sore tadi, saya dengar dari desa belakang desa saya, saya sudah menduga hujan nya akan sederas itu jika terus maju ke desa saya. Saya ini sudah mandi lho, pakai baju juga sudah, tau nya gerimis rintik rintik beneran sampai disini. Acara kali ini adalah saya yang diajak hangout, itung itung selepas UCOUS begitu katanya.
Padahal minggu depan Ujian Sekolah.
Rencana awal berdua, tapi tak dikira. Satu cameo yang didedikasikan untuk teman saya malah datang (saya tidak terlalu yakin tentang relationship mereka). Akhirnya saya termenung, sedikit jengah dengan situasi yang dilihat lihat malah seperti saya yang menjadi cameo. “Saya harus menarik cameo lain kalo begitu biar tidak kelihatan ngenes"
Sejujurnya, satu nama tersemat dengan gelar Perfectly Luck sudah sedari tadi ada dalam kolom kandidat cameo saya. Bagaimana ya, saya dan dia sebatas teman tanya tugas, jika memang sedang ada topik, ya mungkin hati saya deg deg an saat membalasnya.
Konsonan langit dari banyaknya template tweet yang saya lihat sepertinya membantu menjawab persoalan cameo ini. Buktinya notif chat dari Awan sukses membuat tangan saya membuka roomchat antar saya dan Awan. SERIUS! bukan kemauan saya! Kepencet.
Pertama, saya beri foto saya dan teman saya lalu disertai ajakan untuk bergabung disini. Menolak, alasannya Awan adalah kaum gabut yang kerjaannya nge game saja.
Kedua, saya laporan ke dia bahwa saya tiba-tiba menjadi badmood, karena cameo yang tidak diduga milik teman saya itu.
Ketiga, ucapan terimakasih saya untuk Awan dan effort nya menemani saya selama mereka (yang lain) sibuk sendiri. Saya lupa sampai mana dan apa saja yang dibahas dalam roomchat tersebut.
Saya ingat satu hal saja, saat akhirnya dia meminta untuk disimpan nomornya. Wah, sepertinya tidak ada salahnya mengiyakan ajakan hangout dan mendapat keuntungan seperti ini. Satu usaha saya untuk di accept nomor sudah dapat di centang. Besok besok, saya yakin bahwa isi dari Power Point dengan judul How to Make Friends at a New School (n. judul dan isi sangat jauh berbeda) yang saya buat hanya dalam waktu dua jam an itu akan terlaksana semua.